Jumat, 24 Juni 2016

KEPEDULIAN TERHADAP ANAK YATIM



Ramadhan 1437 H tak berapa lama lagi akan beranjak pergi. Sungguh terasa berlalu begitu cepat, padahal masih dirindui. Ada keengganan hati untuk berpisah .Kedamaian masuk ke segenap penjuru rumah tangga muslim. Lantunan ayat suci Al Qur’an bergema menggugah jiwa. Prilaku orang berpuasa menumbuhkan semangat untuk beramal. Kita lebih banyak mendengar ucapan-ucapan yang menginspirasi, nasehat petuah yang bersumber dari kalam Ilahi dan Hadist Nabi. Dan kita juga telah banyak belajar untuk bersikap bijak di tengah perbedaan. Dan inilah berkah dan rahmat dai Allah SWT yang diberikan kepada orang yang bertaqwa.
Di penghujung Ramadhan ini, marilah kita tingkatkan amalan-amalan. Lebih mendekatkan diri kepada Allah. Lebih banyak bersyukur daripada mengeluh. Memperbanyak sholat malam, menjaga tutur dari hal-hal yang keji dan sia-sia. Semakin meningkatkan kepedulian terhadap sesama di sekitar lingkungan kita.
Karena, lingkungan sekitar adalah merupakan ladang untuk beramal. Perlu kepekaan perasaan, hati dan jiwa guna menyikapi kondisinya. Semisal mencermati kesenjangan sosial. Kesenjangan itu ditandai dengan adanya jurang pemisah antara yang kaya dan miskin, sekat antara jelata dan penguasa. Jarak antara yang jaya dan yang papa. Jika kondisi tersebut dibiarkan begitu saja, tanpa apa kepedulian. Atau kepedulian sebatas kata tanpa tindakan nyata. Maka kita meyakini bahwa justru itu akan menimbulkan konflik di tengah masyarakat kita. Suatu kondisi berbanding terbalik dengan cita-cita bangsa kita, yakni “Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.”
Perhatikan firman Allah SWT:


Artinya :  Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (Al A’rof : 96)

Ikwani,
Mari kita renungkan sebuah kisah Rosulullah SAW dan seorang anak yatim di hari Iedhul Fitri !
Kisah ini terjadi di kota Madinah. Adalah sebuah kebiasaan Nabi kita di setiap pagi Iedhul Fitri, beliau mengunjungi setiap rumah, melihat secara langsung kegembiraan kaum muslimin di hari raya.
Semua tampak gembira, tanpa terkecuali kebahagiaan itu dirasakan oleh pula anak-anak (*kenanglah bagaimana kebahagiaan kita di hari raya saat masih anak-anak berada di tengah orang-orang yang kita cintai, dan mungkin mereka kini telah tiada).. Mereka berbahagia dibalut oleh pakaian yang indah.
Ditengah perjanan, tiba-tiba pandangan Rosululloh tertuju pada satu sudut jalan. Beliau melihat ada seorang anak kecil yang tampak tak terurus. Seharusnya, gadis kecil itu turut berbahagia seperti kebahagiaan yang menghampiri kawan-kawan sepermainannya yang lain. Gadis kecil itu menangis tersedu menutupi wajahnya. Seakan tak kuasa mengangkat wajah karena rasa duka nan mendalam. Nabi kita melangkah menghampiri gadis kecil tadi. Dengan kelembutan hatinya, Nabi mengelus kepala gadis kecil itu sembari bertanya “Mengapa kamu menangis? Bukankah ini adalah hari raya?
Gadis kecil itu tetap tak mengangkat wajah, dan dia mulai bercerita tentang kesedihan yang menimpanya. Dia bercerita bahwa telah menjadi harapan berbahagia di hari raya bersama dengan orang tua. Sementara aku hanya bisa mengenang ayahku yang kini telah tiada. Ayahku telah mati syahid berjuang meninggikan agama Allah SWT. Kini tiada lagi ayah yang selalu menyayangiku, membahagiakanku di kala hari raya. Sementara alangkah bahagianya mereka bersama para orang tua. Kini aku adalah seorang yatim. Karena itulah aku menangis.
Nabi kita sangat terharu mendengar kisah anak kecil itu. Beliau membelai lagi kepala gadis kecil itu dan dengan tulus berkata : “Anakku, apakah kamu ingin jika aku menjadi ayahmu? Apakah kamu ingin jika Fatimah menjadi kakak perempuanmu? Dan maukah kamu jika Aisyah sebagai ibumu?
Seketika tangisan itu terhenti. Dia mengangkat wajahnya memandang siapa yang telah berada di hadapannya. Ternyata adalah baginda Muhammad SAW. Gadis yatim itu menganggukkan kepala sebagai pertanda menyetujui tawaran nabi.
Rosululloh menggandeng tangan kecil anak itu, membawanya menuju kediamannya. Sesampainya di rumah, anak itu dibersihkan oleh tangan nabi. Menyisir rambutnya, dan diberikan pakaian yang indah. Memberikan makanan, dan beliau jua  mengantar gadis kecil itu bermain bersama anak-anak lainnya.
Subhanallah, inilah kelembutan hati nabi kita. Anak itu kini telah memiliki seorang ayah yang terbaik. Seorang nabi penutup yang membawa cahaya kebenaran.

Ikwani,
                Semoga kisah tadi mampu menginspirasi kita untuk semakin peduli kepada lingkungan sekitar kita. Di sekitar kita masih banyak anak-anak yang kurang beruntung. Bagi mereka, kepedulian kecil yang kita bagi adalah bernilai besar. Berbahagia di hari raya bersama orang-orang tercinta. Nabi SAW bersabda : "Aku dan pemeliharaan anak yatim, akan berada di syurga kelak", sambil mengisyaratkan dan mensejajarkan kedua jari tengah dan telunjuknya, demikianlah sabda baginda s.a.w. (H.R. Bukhari). Dan pada kesempatan lain beliau pun berkata : "Sebaik-baik rumah tangga muslim ialah yang di dalamnya ada anak yatim yang dilayani dengan baik" (H.R. Ibnu Majah).
                Firman Allah SWT dalam Surat Al Ma’un : 1-7:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar