Pada beberapa kasus, anak lebih patuh
dan bersikap baik kepada temannya dibandingkan bersikap santun kepada orang
tuanya. Bercermin pada keadaan masa
lalu, ketika norma-norma diaplikasikan bukan terbatas slogan belaka. Anak
sangat patuh kepada orang tua mereka. Kelanjutannya diluar lingkungan keluarga
adalah anak juga hormat kepada guru dan orang yang lebih tua. Alhasil, prestasi
belajar pun adalah sangat baik. Karena rasa patuh telah tertanam dalam
keluarga, anak juga turut menerapkannya pada lingkungan sekolah. Sehingga mampu
menyerap materi pelajaran secara optimal.
Seharusnya, perkembangan tekhnologi dan
informasi menjadikan segalanya semakin baik. Justru yang banyak digandrungi
berupa hal-hal yang mengarah negatip. Misalnya :
v Banyak pilihan
jenis game online. Memberikan kesenangan kepada anak karena sikap alamiah usia
anak adalah suka bermain. Apabila tanpa kontrol akan memberikan dampak
munculnya rasa malas belajar, dan gangguan kesehatan.
v Ragam jejaring
sosial. Jika salah dalam menggunakan fungsi positifnya akan berdampak pada
tumbuh kembang anak. Muncul sikap egois, terlalu asik hingga menarik diri dari
lingkungan pergaulan sekitar keluarga dan lingkungan.
v Sikap
mengutamakan materi. Bersenang-senang, berpesta, dan cenderung
mengabaikan kepentingan orang lain.
v Dan
sejumlah dampak negatip lainnya.
Ironis jika membandingkannya dengan
keadaan sekarang. Begitu banyak keluhan terlontar sebagai efek dari pergeseran
nilai. Lumrah jika pada akhirnya kita turut prihatin dan merasa terpanggil dengan
kondisi demikian. Karena kita menyadari bahwa anak adalah penerus cita-cita
perjuangan bangsa. Kepada mereka lah menumpukan harapan dan cita-cita. Untuk
merubahnya, memang tidak dapat dilakukan secara instan.
Anak-anakku ! Anak yang membangkang
kepada orang tuanya juga pernah terjadi di kehidupan umat terdahulu. Mari kita
simak ceritanya untuk dijadikan perenungan agar kita bisa menjadi generasi yang
lebih baik, santun dan menyayangi orang tua kita.
Nabi Nuh AS senantiasa mengajak putranya
yang bernama Kan’an untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan perintah
Allah SWT. Agar dia selalu berada dalam kebenaran, terlebih harus percaya
kepada sumber datangnya kebenaran yaitu Allah ta’ala. Sebagai seorang anak
seorang nabi seharusnya dia menjadikan ayahnya sebagai teladan. Seharusnya
sebagai orang terdepan yang membela ayahnya. Justru dia menjadi duri bagi
perjuangan ayahnya yang membimbing ummat agar mengakui keesaan Allah. Dia
menolak nasehat dan ajaran nabi Nuh AS. Membangkang kepada ayahnya yang sudah
memberikan peringatan akan turunnya azab dari Allah SWT.
Hati seorang ayah tetaplah seorang ayah.
Nabi Nuh AS tidak ingin Kan’an mendapatkan azab bersama orang-orang yang telah
tertutup mata hatinya dari kebenaran. Beliau tidak tega apabila putranya harus binasa
dalam kekafiran. Berulang kali beliau menasehati Kan’an agar beriman kepada
Allah SWT.
Dan tibalah saat azab diturunkan. Firman
Allah dalam Surat Al Mu’minun ayat 23-26
:
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" Maka
pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini
tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang
yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus
beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini
pada masa nenek moyang kami yang dahulu. la tidak lain hanyalah seorang
laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu
waktu." Nuh berdo'a: "Ya Tuhanku, tolonglah aku , karena mereka
mendustakan aku."
Allah membuka pintu-pintu langit,
terjadilah hujan deras disertai topan dan badai. Dan memancar seluruh mata air.
Dalam keadaan demikian nabi Nuh AS tetap memanggil Kan’an agar segera menaiki
bahtera. Sekali lagi dengan sikap membangkangnya Kan’an menolak seruan nabi Nuh
AS. Kisah ini tercantum di Al Qur’an pada surat Hud ayat 42-43 :
Dan bahtera itu
berlayar membawa mereka (Nabi Nuh dan pengikutnya) dalam gelombang laksana
gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada pada tempat
terpencil : “Hai Anakku naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu
bersama orang-orang kafir. Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke
gunung yang dapat memeliharaku dari air bah. Nuh berkata: “Tidak ada yang
melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.”
Dan Gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu
termasuk orang-orang yang ditenggelamkan (QS. Hud, 11 :42-43).
Anak-anakku! Kan’an dibinasakan bersama orang-orang kafir. Walau
Kan’an adalah putra nabi Nuh AS, nabi Nuh tetap tidak dapat menyelamatkannya.
Oleh sebab pembangkangan kepada ayahnya. Kedurhakaan yang sangat besar
kepada orang yang telah menjaga dan merawat semenjak kecil hingga dewasa dengan
penuh curahan rasa kasih sayang. Karenanya, bersikap sopan dan santunlah kepada
orang tua kita. Lemah lembut bersikap kepada mereka. Dan jadikan kisah Kan’an
sebagai pelajaran dalam hidup.
Memang benar jika seorang ayah
tidak merasakan besarnya penderitaan seperti penderitaan yang dialami oleh ibu.
Dimana seorang ibu berjuang, bersusah payah mengandung, melahirkan dan
menyusui. Namun jasa seorang ayah juga tidak kalah besarnya. Dia mencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Bekerja keras membanting tulang, dan
sering kita mendengar dan menyaksikan banyak ayah yang gugur saat berusaha memenuhi
kebutuhan anak-anaknya. Bukannya uang yang dibawa pulang, justru jasad kaku
yang sudah tidak bisa lagi menghidupi keluarga. Kita tidak akan pernah bisa
membalas pengorbanan mereka sampai kapan pun. Tapi rasa hormat dan patuh kita
kepada mereka dapat menjadi semangat dan motivasi bagi mereka.
Renungkan sebuah kalimat bijak yang berbunyi: “Semua orang belum tentu bisa hidup sampai tua, namun semua
orang pastilah memiliki orang tua”. Perlakukan mereka dengan baik, penuh kasih
sayang dan kesopanan. Niscaya Allah pun akan mencurahkan rahmat_Nya dalam kehidupan kita. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan kekuatan lahir
dan bathin kepada kita. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar